Kata Pengantar
Puji syukur
kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan tepat waktu meskipun mengalami
hambatan.
Hambatan yang
diperoleh penulis selama penulisan antara lain kekurangan bahan penulisan,
catatan selama penelitian kurang, informasi narasumber yang kurang, dan lain
lain namun tak menyurutkan niat penulis untuk melakukan penulisan makalah ini.
Tak lupa saya mengucapkan kepada semua pihak
yang telah mendukung selama penulisan makalah ini. Akhir kata saya ucapkan
banyak terima kasih.
Sabbang,
04 Oktober 2013
Sri
Lestari
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................
Daftar Isi....................................................................................................................
Bab I
Pendahuluan
A. Latar
Belakang Masalah......................................................................................
B. Rumusan
Masalah................................................................................................
C. Tujuan
Penulisan..................................................................................................
Bab
II Pembahasan
A. Sejarah
masuknya Islam di Luwu........................................................................
B. Penyebaran
Agama Islam di Luwu.....................................................................
C. Keadaan
Islam Saat Ini di Luwu.........................................................................
Bab
III Penutup
A. Kesimpulan..........................................................................................................
B.
Lampiran.............................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Sebelum
agama Islam masuk ke Sulawesi Selatan, masyarakat mulanya menganut animisme.
Setelah beberapa abad, Sulawesi Selatan khususnya Luwu baru menerima agama
Islam sekitar abad ke-15 yaitu pada tahun 1593. Agama Islam di Sulawesi Selatan
tidak dapat dipisahkan dari kisah 3 (tiga) khatib bersaudara, yaitu Datuk Sulaiman, Datuk Ri Bandang, dan Datuk
Ri Tiro.
Peran
mereka dalam menyebarkan agama Islam di tanah Sulawesi Selatan pada abad XVII
sangatlah baik, meski mereka banyak menghadapi halangan tapi mereka tetap
berjuang, sehingga saat ini mayoritas penduduk di daerah Sulawesi Selatan
beragama Islam.
Dalam
makalah kali ini, kita kan membahas tentang daerah pertama yang dijadikan
tempat penyebaran Islam di Sulawesi Selatan, yaitu Luwu dan jasa Datuk Patimang.
B. RUMUSAN
MASALAH
1) Bagaimana awal mula
masuknya Islam di Tana Luwu?
2) Bagaimana cara penyebararan Islam di Luwu ?
3) Bagaimana keadaan Islam saat ini di Tana Luwu ?
C. TUJUAN
1) Mengetahui awal mula masuknya Islam di Tana Luwu.
2) Mengetahui cara-cara penyebaran Islam di tana Luwu.
3) Mengetahui keadaan Islam di Luwu saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MASUKNYA ISLAM DI TANA LUWU
Sebelum agama Islam masuk ke tanah luwu, masyarakat mulanya
menganut Animisme (Alu’ To Dolo’).
Setelah beberapa lama, Luwu baru menerima agama Islam.
Menurut sumber yang ada, Islam pertama kali masuk dan
berkembang di tanah Luwu sekitar tahun 1603 M dan disebarkan oleh 3 (tiga)
khatib bersaudara, yakni Datuk Sulaiman,
Datuk Ri Bandang, dan Datuk Di Tiro. Namun, yang berperan
utama dalam penyebaran agama Islam di Luwu ini adalah Datuk Sulaiman, dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Datuk Patimang. Perlu diketahui bahwa Datuk Patimang adalah seorang mubalig
utusan kesultanan Johor yang berasal dari daerah Kato Tengah, Minangkabau,
Sumatera Barat.
Awalnya, Datuk Patimang dan kedua saudaranya mendarat di
Gowa, namun melihat situasi dan kondisi yang tak memungkinkan, maka mereka
memutuskan untuk berlabuh ke daerah Luwu setelah mendapat saran dari petinggi
Kerajaan Gowa. Lalu mereka mendarat di Bua, Luwu pada tahun 1603 M.
Setelah mereka merapatkan kapal di pelabuhan, Datuk
Patimang melihat situasi masyarakat Luwu
yang masih menganut kepercayaan animisme dan banyak memuja benda benda yang
dianggap suci bagi mereka. Datuk Patimang lalu memutuskan untuk menemui Raja
Kerajaan Luwu saat itu, Payung Luwu XV La Pattiware Daeng Parrebung, untuk mengIslamkannya.
Awal kedatangan Datuk Patimang disambut baik oleh Raja
dan pejabat istana Luwu. Tapi setelah mendengar tujuan yang sesungguhnya ingin
dilakukan oleh Datuk Patimang, maka
Raja Luwu, Payung Luwu XV La Pattiware
Daeng Parrebung lalu menantang Datuk
Patimang untuk adu ilmu, setelah mempertimbangkan beberapa hal, terutama
bahwa sang Raja harus meninggalkan kepercayaan rakyat Luwu dan harus memeluk
agama Islam.
Sebelum Datuk Patimang dan rombongannya keluar meninggalkan istana,
Raja Luwu Payung Luwu XV La Pattiware
Daeng Parrebung mengatakan bahwa raja berjanji jika dia dapat dikalahkan
maka sang Raja akan masuk dan memeluk Islam.
Lalu dilakukanlah adu ilmu itu dilakukan. Mereka berdua masing
masing mempertunjukkan ilmu mereka. Dan pada akhirnya dimenangkan oleh Datuk Patimang. Proses pengislaman pun
dilakukan sebagai tanda bahwa sang Raja mengaku bahwa ilmu dari Datuk Patimang lebih kuat dari pada
miliknya dan juga sebagai tanda dia menepati janjinya. Proses pengislaman Raja
Luwu ini terjadi pada tahun 1603 M dan bertepatan 15 Ramadhan 1013 H. Lalu,
akhirnya Raja Luwu Payung Luwu XV La
Pattiware Daeng Parrebung pun masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat
syahadat, yang merupakan syarat pertama sebagai pemeluk agama Islam disaksikan
oleh seluruh pejabat istana dan juga disaksikan oleh Datuk Ri Bandang dan Datuk
Ri Tiro. Setelah sang Raja menyatakan dirinya sebagai pemeluk islam, maka
kemudian para pejabat istana pun menyatakan diri ingin memeluk agama islam.
Raja Luwu Payung Luwu XV La Pattiware
Daeng Parrebung lalu memakai gelar Sultan Muhammad Mudharuddin sebagai
tanda bahwa telah memeluk islam.
B.
PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI TANA LUWU
Setelah Raja Luwu Payung
Luwu XV La Pattiware Daeng Parrebung memeluk islam, maka selanjutnya pejabat istana memeluk agama
islam. Dikarenakan pada waktu itu jika Raja telah memeluk agama Islam, maka
secara tidak langsung pejabat istana memeluk agama islam juga sebagai tanda
kehormatan mereka kepada sang Raja.
Setelah rakyat mendengar bahwa Raja Luwu Payung Luwu XV La Pattiware Daeng Parrebung memeluk Islam, maka
rakyat kerajaan Luwu pun mulai menyatakan diri masuk islam secara sah.
Penyebaran Islam pun dilanjutkan oleh Raja Luwu Payung Luwu XVI Pati Pasaung Toampanangi
dan bergelar Sultan Abdullah Matinroe Ri
Malangke yang menggantikan ayahandanya, Raja Luwu Payung Luwu XV La Pattiware Daeng Parrebung pada awal tahun 1604 M.
Langkah pertama yang dilakukan oleh Raja Luwu ini adalah memindahkan
ibukota kerajaan Luwu dari Malangke ke daerah Ware (sekarang Palopo).
Pemindahan ibukota ini dilakukan dengan pertimabangan untuk semakin
mengembangkan ajaran islam di tanah Luwu dan sekitarnya. Hal tersebut disetujui
oleh seluruh pembesar kerajaan. Namun, Datuk
Patimang yang saat itu juga merupakan penasehat istana lebih memilih untuk
tetap tinggal dan menetap di daerah Malangke hingga meninggal dunia daripada
ikut ke Ware.
Setelah
Raja Luwu Payung Luwu XVI Pati Pasaung
Toampanangi berhasil memindahkan dan membangun daerah Ware, maka dia
memutuskan untuk membangun sebuah sebuah mesjid sebagai tempat ibadah.
Dikarenakan sebelumnya belum ada mesjid yang berdiri di tanah Luwu.
Kemudian
Raja Luwu meminta pendapat kepada Datuk
Patimang tentang idenya untuk membuat masjid tersebut. Ide tersebut pun
lalu disetujui olehnya. Lalu, Datuk
Patimang pun berangkat menuju Istana Luwu (Saoraja) di Ware. Sesampainya
disana, maka Raja Luwu Payung Luwu XVI
Pati Pasaung Toampanangi dan Datuk
Patimang dibantu oleh Fung Man Te,
yang merupakan saudagar muslim yang kaya. Kemudian mereka membuat sebuah
masjid, tak jauh dari Istana Saoraja dibantu oleh rakyat kerajaan Luwu.
Setelah
pembangunan selesai, maka masjid tersebut merupakan masjid pertama di Luwu
difungsikan sebagai masjid istana dan masjid kerajaan. Sekarang, masjid itu
kita kenal dengan Masjid Jami Tua Palopo.
Selain
itu, setelah melakukan pemindahan ibukota dan pembangunan masjid, maka
dilakukanlah penyebaran islam di seluruh tanah daerah bawahan kerajaan Luwu. Penyebaran Islam dilakukan lewat Syair syair pujangga
yang disebut Massure’. Pada masa itu
Luwu berkembang cukup pesat, karena makmur dari hasil pertanian dan hasil laut
yang juga melimpah. Bahkan Jumlah penduduk saat itu mencapai 170 ribu jiwa
dikarenakan banyak masyarakat pendatang.
Perkembangan Islam di tanah Luwu cukup berkembang
dengan cepat dan hampir tidak ada kendala, karena sistem pengislamannya
mendahulukan Raja sehingga rakyatnya pun ikut memeluk Islam. Dan selain itu,
setelah Raja memeluk Islam, maka agama Islam dijadikan sebagai agama resmi
kerajaan Luwu. mengalami perkembangan yang luar biasa, hingga akhirnya daerah
sekitar kerajaan Luwu menjadi penduduk Islam.
Metode
yang digunakan dalam penyebaran islam di Sulawesi-selatan :
·
Mendirikan pondok pesanten
mengajarkan agama islam dan murid-murid mereka meneruskannya dengan mendirikan
sekolah-sekolah baru. Para penguasa setempat bertindak sebagai pelindung bagi
sekolah-sekolah tersebut.
·
Melalui perdagangan
·
Melalui pernikahan
·
Mendirikan mesjid umumnya terdapat
di kota-kota, dan mushalla di desa-desa. Kadi ditunjuk untuk hadat dan
penguasa, tempat mereka bertindak sebagai hakim pengadilan agama (syariah).
Imam (pengurus masjid) ditunjuk untuk wanua (masyarakat adat); dan guru
(Anrong-Guru atau Anre-Guru) merupakan baik guru yang menyiarkan
agama baru itu ke desa-desa maupun pejabat terendah dalam hierarki administrasi
Islam. Guru menjadi anggota cabang pengadilan agama yang dikepalai Imam. Sanak
kerabat kerajaan atau para bangsawan tinggi biasanya diangkat ke kedudukan kadi
dan Imam. Tidak ada hierarki seperti dalam pemerintahan. Dengan demikian, tidak
ada perbedaan antara aristokrasi dan para pemimpin Islam.
C. ISLAM DI TANA LUWU
Islam yang berkembang
saat ini di Luwu, tak bisa dilepaskan dari peran Datuk Patimang yang pada tahun 1603 M berhasil mengislamkan Raja
Luwu Payung Luwu XV La Pattiware Daeng Parrebung yang kemudian menjadikan agama Islam sebagai
agama kerajaan pada masa itu.
Saat
ini, pemeluk Islam di Sulawesi Selatan, khususnya di daerah Luwu menjadi
mayoritas dan pemeluknya tetap taat menjalankan ajaran Islam. Hingga beberapa
peninggalan yang menjadi saksi bisu perjalanan Islam di tanah Luwu, antara lain
Masjid Jami Tua Palopo, dan Makam Datu Patimang masih kokoh berdiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyebaran
Islam pertama kali di Luwu pada tahun 1603 M, dan disebarkan oleh Datuk Patimang. Sebelum Islam masuk di
Luwu, warga setempat menganut ajaran Alu’
To Dolo’. Raja pertama yang memeluk Islam di Luwu adalah Raja Luwu Payung Luwu XV La Pattiware Daeng Parrebung.
Islam di
Luwu mengalam perkembangan pesat pada masa pemerintahan Raja Luwu Payung Luwu XVI Pati Pasaung Toampanangi.
Pada masanya dia memindahkan ibukota kerajaan Luwu dari Malangke ke Ware dan
menjadikan Luwu sebagai pusat perkembangan Islam Sulawesi Selatan, serta
membangun sebuah masjid, yaitu Masjid Jami Tua Palopo.
Peninggalan
Islam kerajaan Luwu antara lain Masjid Jami Tua Palopo dan Makam Datuk
Patimang.
B. Saran
1).
FOTO SITUS
MAKAM DATUK SULAIMAN
MASJID JAMI TUA PALOPO
2).
DAFTAR INFORMAN
· Nama :
Usman Abdul Malla
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Pengurus Masjid Jami
Palopo
· Nama :
Abdul Malik
Umur :
72 Tahun
Pekerjaan : Pengurus Masjid Jami
Palopo
· Nama : Opu
Tamrin
Umur :
55 tahun
Pekerjaan : Penjaga makam Datuk Sulaiman dan Datu Pattiware’
Daftar Pustaka
http://:www.gatra.com
Simmau,
Syamsuddin. SS. 2006. Cerita Rakyat
Makassar. Makassar : Pelangi Makassar Suksesindo.
Harrah's Cherokee Casino & Hotel - Mapyro
BalasHapusFind Harrah's 안양 출장마사지 Cherokee Casino & Hotel (Things to Know) 경주 출장안마 location, nearby 부산광역 출장마사지 to Harrah's Cherokee Casino 대구광역 출장안마 & Hotel. Mapyro provides information for 김천 출장샵