Follow us


Breaking News

Sandi Ras

kwkwkwkwkkwkwkwkwkwkkkkkkkkkkkwkwkwkwkkwkwk

Senin, 09 Desember 2013

Makalah Sejarah Masuknya Islam ke Tanah Luwu



Kata Pengantar

       Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan tepat waktu meskipun mengalami hambatan.
       Hambatan yang diperoleh penulis selama penulisan antara lain kekurangan bahan penulisan, catatan selama penelitian kurang, informasi narasumber yang kurang, dan lain lain namun tak menyurutkan niat penulis untuk melakukan penulisan makalah ini.
       Tak lupa saya mengucapkan kepada semua pihak yang telah mendukung selama penulisan makalah ini. Akhir kata saya ucapkan banyak terima kasih.

                                                                                              Sabbang, 04 Oktober  2013

                                                                                                            Sri Lestari

























DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................
Daftar Isi....................................................................................................................
Bab I Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masalah......................................................................................
B.     Rumusan Masalah................................................................................................
C.     Tujuan Penulisan..................................................................................................
Bab II Pembahasan
A.    Sejarah masuknya Islam di Luwu........................................................................
B.     Penyebaran Agama Islam di Luwu.....................................................................
C.     Keadaan Islam Saat Ini di Luwu.........................................................................
Bab III Penutup
A.    Kesimpulan..........................................................................................................
B.       Lampiran.............................................................................................................
Daftar Pustaka
















BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Sebelum agama Islam masuk ke Sulawesi Selatan, masyarakat mulanya menganut animisme. Setelah beberapa abad, Sulawesi Selatan khususnya Luwu baru menerima agama Islam sekitar abad ke-15 yaitu pada tahun 1593. Agama Islam di Sulawesi Selatan tidak dapat dipisahkan dari kisah 3 (tiga) khatib bersaudara, yaitu Datuk Sulaiman, Datuk Ri Bandang, dan Datuk Ri Tiro.
Peran mereka dalam menyebarkan agama Islam di tanah Sulawesi Selatan pada abad XVII sangatlah baik, meski mereka banyak menghadapi halangan tapi mereka tetap berjuang, sehingga saat ini mayoritas penduduk di daerah Sulawesi Selatan beragama Islam.
Dalam makalah kali ini, kita kan membahas tentang daerah pertama yang dijadikan tempat penyebaran Islam di Sulawesi Selatan, yaitu Luwu dan jasa Datuk Patimang.



B.     RUMUSAN MASALAH
1)        Bagaimana  awal mula masuknya Islam di Tana Luwu?
2)        Bagaimana cara penyebararan Islam di Luwu ?
3)        Bagaimana keadaan Islam saat ini di Tana Luwu ?



C.     TUJUAN
1)        Mengetahui awal mula masuknya Islam di Tana Luwu.
2)        Mengetahui cara-cara penyebaran Islam di tana Luwu.
3)        Mengetahui keadaan Islam di Luwu saat ini.









BAB II
PEMBAHASAN

A.    MASUKNYA ISLAM DI TANA LUWU
Sebelum agama Islam masuk ke tanah luwu, masyarakat mulanya menganut Animisme (Alu’ To Dolo’). Setelah beberapa lama, Luwu baru menerima agama Islam.
Menurut sumber yang ada, Islam pertama kali masuk dan berkembang di tanah Luwu sekitar tahun 1603 M dan disebarkan oleh 3 (tiga) khatib bersaudara, yakni Datuk Sulaiman, Datuk Ri Bandang, dan Datuk Di Tiro. Namun, yang berperan utama dalam penyebaran agama Islam di Luwu ini adalah Datuk Sulaiman, dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Datuk Patimang. Perlu diketahui bahwa Datuk Patimang adalah seorang mubalig utusan kesultanan Johor yang berasal dari daerah Kato Tengah, Minangkabau, Sumatera Barat.
Awalnya, Datuk Patimang dan kedua saudaranya mendarat di Gowa, namun melihat situasi dan kondisi yang tak memungkinkan, maka mereka memutuskan untuk berlabuh ke daerah Luwu setelah mendapat saran dari petinggi Kerajaan Gowa. Lalu mereka mendarat di Bua, Luwu pada tahun 1603 M.
Setelah mereka merapatkan kapal di pelabuhan, Datuk Patimang  melihat situasi masyarakat Luwu yang masih menganut kepercayaan animisme dan banyak memuja benda benda yang dianggap suci bagi mereka. Datuk Patimang lalu memutuskan untuk menemui Raja Kerajaan Luwu saat itu, Payung Luwu XV La Pattiware Daeng Parrebung, untuk mengIslamkannya.
Awal  kedatangan Datuk Patimang disambut baik oleh Raja dan pejabat istana Luwu. Tapi setelah mendengar tujuan yang sesungguhnya ingin dilakukan oleh Datuk Patimang, maka Raja Luwu, Payung Luwu XV La Pattiware Daeng Parrebung lalu menantang Datuk Patimang untuk adu ilmu, setelah mempertimbangkan beberapa hal, terutama bahwa sang Raja harus meninggalkan kepercayaan rakyat Luwu dan harus memeluk agama Islam.


Sebelum Datuk Patimang dan rombongannya keluar meninggalkan istana, Raja Luwu Payung Luwu XV La Pattiware Daeng Parrebung mengatakan bahwa raja berjanji jika dia dapat dikalahkan maka sang Raja akan masuk dan memeluk Islam.
Lalu dilakukanlah adu ilmu itu dilakukan. Mereka berdua masing masing mempertunjukkan ilmu mereka. Dan pada akhirnya dimenangkan oleh Datuk Patimang. Proses pengislaman pun dilakukan sebagai tanda bahwa sang Raja mengaku bahwa ilmu dari Datuk Patimang lebih kuat dari pada miliknya dan juga sebagai tanda dia menepati janjinya. Proses pengislaman Raja Luwu ini terjadi pada tahun 1603 M dan bertepatan 15 Ramadhan 1013 H. Lalu, akhirnya Raja Luwu Payung Luwu XV La Pattiware Daeng Parrebung pun masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, yang merupakan syarat pertama sebagai pemeluk agama Islam disaksikan oleh seluruh pejabat istana dan juga disaksikan oleh Datuk Ri Bandang dan Datuk Ri Tiro. Setelah sang Raja menyatakan dirinya sebagai pemeluk islam, maka kemudian para pejabat istana pun menyatakan diri ingin memeluk agama islam. Raja Luwu Payung Luwu XV La Pattiware Daeng Parrebung lalu memakai gelar Sultan Muhammad Mudharuddin sebagai tanda bahwa telah memeluk islam.

B.     PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI TANA LUWU
            Setelah Raja Luwu Payung Luwu XV La Pattiware Daeng Parrebung memeluk islam, maka selanjutnya pejabat istana memeluk agama islam. Dikarenakan pada waktu itu jika Raja telah memeluk agama Islam, maka secara tidak langsung pejabat istana memeluk agama islam juga sebagai tanda kehormatan mereka kepada sang Raja.
Setelah rakyat mendengar bahwa Raja Luwu Payung Luwu XV La Pattiware Daeng Parrebung memeluk Islam, maka rakyat kerajaan Luwu pun mulai menyatakan diri masuk islam secara sah.
Penyebaran Islam pun dilanjutkan oleh Raja Luwu Payung Luwu XVI Pati Pasaung Toampanangi dan bergelar Sultan Abdullah Matinroe Ri Malangke yang menggantikan ayahandanya, Raja Luwu Payung Luwu XV La Pattiware Daeng Parrebung pada awal tahun 1604 M.
       Langkah pertama yang dilakukan oleh Raja Luwu ini adalah memindahkan ibukota kerajaan Luwu dari Malangke ke daerah Ware (sekarang Palopo). Pemindahan ibukota ini dilakukan dengan pertimabangan untuk semakin mengembangkan ajaran islam di tanah Luwu dan sekitarnya. Hal tersebut disetujui oleh seluruh pembesar kerajaan. Namun, Datuk Patimang yang saat itu juga merupakan penasehat istana lebih memilih untuk tetap tinggal dan menetap di daerah Malangke hingga meninggal dunia daripada ikut ke Ware.
Setelah Raja Luwu Payung Luwu XVI Pati Pasaung Toampanangi berhasil memindahkan dan membangun daerah Ware, maka dia memutuskan untuk membangun sebuah sebuah mesjid sebagai tempat ibadah. Dikarenakan sebelumnya belum ada mesjid yang berdiri di tanah Luwu.
Kemudian Raja Luwu meminta pendapat kepada Datuk Patimang tentang idenya untuk membuat masjid tersebut. Ide tersebut pun lalu disetujui olehnya. Lalu, Datuk Patimang pun berangkat menuju Istana Luwu (Saoraja) di Ware. Sesampainya disana, maka Raja Luwu Payung Luwu XVI Pati Pasaung Toampanangi dan Datuk Patimang dibantu oleh Fung Man Te, yang merupakan saudagar muslim yang kaya. Kemudian mereka membuat sebuah masjid, tak jauh dari Istana Saoraja dibantu oleh rakyat kerajaan Luwu.
Setelah pembangunan selesai, maka masjid tersebut merupakan masjid pertama di Luwu difungsikan sebagai masjid istana dan masjid kerajaan. Sekarang, masjid itu kita kenal dengan Masjid Jami Tua Palopo.
Selain itu, setelah melakukan pemindahan ibukota dan pembangunan masjid, maka dilakukanlah penyebaran islam di seluruh tanah daerah bawahan kerajaan Luwu. Penyebaran Islam dilakukan lewat Syair syair pujangga yang disebut Massure’. Pada masa itu Luwu berkembang cukup pesat, karena makmur dari hasil pertanian dan hasil laut yang juga melimpah. Bahkan Jumlah penduduk saat itu mencapai 170 ribu jiwa dikarenakan banyak masyarakat pendatang.
Perkembangan Islam di tanah Luwu cukup berkembang dengan cepat dan hampir tidak ada kendala, karena sistem pengislamannya mendahulukan Raja sehingga rakyatnya pun ikut memeluk Islam. Dan selain itu, setelah Raja memeluk Islam, maka agama Islam dijadikan sebagai agama resmi kerajaan Luwu. mengalami perkembangan yang luar biasa, hingga akhirnya daerah sekitar kerajaan Luwu menjadi penduduk Islam.
    
Metode yang digunakan dalam penyebaran islam di Sulawesi-selatan :
·           Mendirikan pondok pesanten mengajarkan agama islam dan murid-murid mereka meneruskannya dengan mendirikan sekolah-sekolah baru. Para penguasa setempat bertindak sebagai pelindung bagi sekolah-sekolah tersebut.
·           Melalui perdagangan
·           Melalui pernikahan
·           Mendirikan mesjid umumnya terdapat di kota-kota, dan mushalla di desa-desa. Kadi ditunjuk untuk hadat dan penguasa, tempat mereka bertindak sebagai hakim pengadilan agama (syariah). Imam (pengurus masjid) ditunjuk untuk wanua (masyarakat adat); dan guru (Anrong-Guru atau Anre-Guru) merupakan baik guru yang menyiarkan agama baru itu ke desa-desa maupun pejabat terendah dalam hierarki administrasi Islam. Guru menjadi anggota cabang pengadilan agama yang dikepalai Imam. Sanak kerabat kerajaan atau para bangsawan tinggi biasanya diangkat ke kedudukan kadi dan Imam. Tidak ada hierarki seperti dalam pemerintahan. Dengan demikian, tidak ada perbedaan antara aristokrasi dan para pemimpin Islam.

C.    ISLAM DI TANA LUWU
Islam yang berkembang saat ini di Luwu, tak bisa dilepaskan dari peran Datuk Patimang yang pada tahun 1603 M berhasil mengislamkan Raja Luwu Payung Luwu XV La Pattiware Daeng Parrebung yang kemudian menjadikan agama Islam sebagai agama kerajaan pada masa itu.
Saat ini, pemeluk Islam di Sulawesi Selatan, khususnya di daerah Luwu menjadi mayoritas dan pemeluknya tetap taat menjalankan ajaran Islam. Hingga beberapa peninggalan yang menjadi saksi bisu perjalanan Islam di tanah Luwu, antara lain Masjid Jami Tua Palopo, dan Makam Datu Patimang masih kokoh berdiri.


















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Penyebaran Islam pertama kali di Luwu pada tahun 1603 M, dan disebarkan oleh Datuk Patimang. Sebelum Islam masuk di Luwu, warga setempat menganut ajaran Alu’ To Dolo’. Raja pertama yang memeluk Islam di Luwu adalah Raja Luwu Payung Luwu XV La Pattiware Daeng Parrebung.
Islam di Luwu mengalam perkembangan pesat pada masa pemerintahan Raja Luwu Payung Luwu XVI Pati Pasaung Toampanangi. Pada masanya dia memindahkan ibukota kerajaan Luwu dari Malangke ke Ware dan menjadikan Luwu sebagai pusat perkembangan Islam Sulawesi Selatan, serta membangun sebuah masjid, yaitu Masjid Jami Tua Palopo.
Peninggalan Islam kerajaan Luwu antara lain Masjid Jami Tua Palopo dan Makam Datuk Patimang.

B. Saran
1). FOTO SITUS
                            MAKAM DATUK SULAIMAN                      
                                                                                    MASJID JAMI TUA PALOPO

2). DAFTAR INFORMAN
·         Nama             : Usman Abdul Malla                    
Umur                   : 50 tahun
Pekerjaan : Pengurus Masjid Jami Palopo

·         Nama             : Abdul Malik
Umur                   : 72 Tahun
Pekerjaan : Pengurus Masjid Jami Palopo

·         Nama             : Opu Tamrin
Umur                   : 55 tahun
Pekerjaan             : Penjaga makam Datuk Sulaiman dan Datu Pattiware’




Daftar Pustaka

http://:www.gatra.com
Simmau, Syamsuddin. SS. 2006. Cerita Rakyat Makassar. Makassar : Pelangi Makassar Suksesindo.


























Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTKLKw9FWyUSsWcCbLsndC2pmB7VpsDzuJ0RyEISLrB4lL-_zCVOQ0iqTZc3we4g2L7YemNqH1kyrcn1MWt-DxpPY6R43hzZAtth-aqJv0lkT3tUei6Pde-7jSLGIvBWkVb09de9MJw8Y/s1600/Gerbang+Utama+Memasuki+Komplesk+Pattimang+%282%29.JPG

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikxldNh0o94SB7qf2QPUQKbcRU7lVYyxcsSVb_1aMf-6xUSozKm2mGLXgPFFF8yoHYa08JSG8jPPpeQBSFkzeS80rzHE707rP9GAaWOYzRWMcxttKXpl8saIC-hLQHS1MGf2muYXY1Un0/s320/Makam+Andi+Patiware+-+Raja+Luwu+15.JPG

1 komentar:

  1. Harrah's Cherokee Casino & Hotel - Mapyro
    Find Harrah's 안양 출장마사지 Cherokee Casino & Hotel (Things to Know) 경주 출장안마 location, nearby 부산광역 출장마사지 to Harrah's Cherokee Casino 대구광역 출장안마 & Hotel. Mapyro provides information for 김천 출장샵

    BalasHapus

Designed By